Mengapa pada masa kolonial perluasan pengajaran menarik minat masyarakat
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban diahviolin
Kelas: XI
Mata Pelajaran: Sejarah
Materi: Politik EtisKata Kunci: Sekolah masa Belanda
Jawaban pendek:Pada masa kolonial perluasan pengajaran menarik minat masyarakat karena pendidikan modern ini memberi peluang mobilitas sosial, di mana lulusannya bisa menjadi pamong praja, pengacara, dokter, insinyur dan sebagainya.
Jawaban panjang:
Dengan diterapkannya Politik Etis, di Hindia Belanda (nama Indonesia saat menjadi jajahan Belanda), dibangunlah sekolah-sekolah dengan sistem pendidikan modern bagi penduduk asli Indonesia.
Sekolah ini adalah:
1. HIS (Hollandsch-Inlandsche School), adalah sekolah dasar dengan bahasa Belanda sebagai pengantar. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1914. Lama pendidikan ELS adalah tahun.
2. Tweede Inlandsche School (TIS), disebut juga Sekolah Kelas Dua atau Sekolah Ongko Loro, adalah sekolah dasar dengan pelajaran pokok saja seperti berhitung dan membaca. Sekolah ini diperuntukan bagi kalangan desa. Masa pengajaran hanya 3 tahun saja.
3. Schakelschool, adalah sekolah rakyat dengan mas apengajaran 5 tahun dan merupakan lanjutan dari TIS.
4. MULO (Meer Uitgebraid Lager Onderwijs), adalah sekolah lanjutan bagi lulusan HIS, dengan masa pengajaran 4 tahun.
5. AMS (Algement Middelbare School), adalah sekolah lanjutan dari MULO dan dengan masa pengajaran 3 tahun.
Setelah lulus sekolah, penduduk asli dapat melanjutkan pada perguruan tinggi seperti STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen, Sekolah Doktor Hindia) atau Technische Hoogeschool te Bandoeng (Sekolah Teknik Bandung).Lulusan dari sekolah-sekolah ini mendapat kesempatan kerja dan mobilitas sosial. Lulusan sekolah rendah dapat menjadi pamong praja (pegawai negeri) atau mantri (perawat), sedang lususan sekolang tinggi dapat menjadi dokter, insinyu, pengacara dan sebagainya. karena peluang ini, banyak yang berminat terhadap pendidikan modern Belanda.
Namun, pada masa ini dilakukan diskriminasi terhadap penduduk asli Indonesia. Hanya mereka yang keturunan bangsawan atau memiliki kekayaan yang dapat mengenyam pendidikan ini.
Kondisi ini membuat didirikannya sekolah-sekolah yang lebih terjangkau, misalnya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara atau sekolah-sekolah Yayasan Muhammadiyah.